Salju

ANISA RAHAYU X TKJ 2

PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA


PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA 






A. Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Kekosongan Kekuasaan

Jepang terjun sebagai Negara imperialis mengikuti jejak bangsa barat. Hal ini di awali dengan penghancuran pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii. Setelah hancurnya Pearl Harbour Jepang semakin leluasa dalam gerakan imperialisnya. Dalam menghadapi gerakan jepang, negara barat membentuk suatu pasukan gabungan yang disebut Front ABCD (America, British / Inggris, China, Dutch / Belanda). Dari pembentukan front ini tidak bisa membuahkan hasil apapun untuk menekan gerak Jepang. Namun, pada pertempuran di Laut Karang tanggal 7 Mei 1945 pasukan jeang mengalami kekalahan yang luar biasa. 

Sejak dari kekalahan di Laut Karang, posisi Jepang sangat terdesak di Asia Pasifik. Dan puncaknya adalah pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat. Hancurnya kota andalan Jepang tersebut membuat Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus !945. Sementara itu, pemerintahan pendudukan Jepang di wilayah Indonesia sudah tidak menjalankan perannya lagi. Di tanggal itu pula Indonesia mengalami vacuum of power atau kekosongan kekuasaan. Dan keadaan ini baik untuk Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Perbedaan Pendapat Dan Peristiwa Rengasdengklok

Perbedaan pendapat terjadi ketika para pemuda yang melihat kekosongan kekuasaan di Indonesia ingin segera di proklamirkan mengenai wilayah Indonesia. Namun, pada golongan tua menolak untuk segera memerdekakan diri dengan cara sendiri. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisasi. Hal ini memicu perbedaan pendapat mengenai masalah kemerdekaan antara golongan tua dan golongan muda. 

Perbedaan pendapat mengenai cara pelenpasan diri dari Jepang mendorong pemuda untuk membawa Soekarno-Hatta (golongan tua) ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, agar jauh dari pengaruh pemerintah pendudukan Jepang. Rengasdengklok dipilih karena berada jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon. Di samping itu mereka dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengas dengklok. Setelah perundingan di daerah Rengasdengklok tersebut tercapai bahwa proklamasi Indonesia akan dilakukan setelah tercapai kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda yang berisikan tentang kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. 

B. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perumusan Naskah Proklamasi Dan Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dalam perumusan naskah proklamasi itu Ir. Soekarno membuat suatu konsep dan kemudian disempurnakan dengan paendapat dari Drs. Moh Hatta dan Ahmad Soebardjo. Saat menjelang subuh naskah proklamasi berhasil diselesaikan. Ketika naskah proklamasi selesai dibuat timbul masalah mengenai penandatanganan teks proklamasi tersebut. Sukarni sebagai wakil dari golongan muda mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi adalah Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni itu disetujui dengan baik para hadirin yang menyaksikan dalam pembuatan naskah proklamasi. Setelah mendapat persetujuan dari para hadirin, maka Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik sesuai dengan naskah tulisan tangannya yang telah mengalami perubahan-perubahan yang telah disepakati. 

Soekarno menganggap bahwa apabila proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Lapangan Ikada dikawatirkan akan mengalami kegagalan akibat terjadinya bentrokan antara rakyat Indonesia dengan pihak Jepang. Oleh karena itu, disepakati bahwa pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada hari Jumat 17 Agustus 1945 pikul 10.00 WIB (pertengahan bulan Ramadhan).

Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia

Tesk proklamasi kemerdekaan Indonesia itu merupakan pernyataan untuk merdeka atau membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan bangsa atas bangsa dan negara Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan jembatan emas yang menghubungkan dan menghantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, yaitu kehidupan yang bebas tanpa tekanan dan ikatan. Proklamasi adalah seruan yang bersifat legal (berdasarkan hukum) dan resmi. Oleh karena itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan seagai tonggal pembaharuan kehidupan bangsa Indonesia di segala bidang kehidupan.

C. Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Penyebarluasan Berita Proklamasi Dan Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi

Sambutan dan dukungan terhadap proklamasi cukup luas dikalangan masyarakat Indonesia. Berita proklamasi disiarkan melalui jaringan radio yang telah dikuasai oleh Jepang, kantor berita Jepang, Domei dapat dikacaukan hingga berita kemerdekaan Indonesia dapat tersebar ke luar negeri melalui jaringan Jepang sendiri. Selain dari media radio, pemberitaan kemerdekaan Indonesia juga tersebar melalui surat kabar, yaitu surat kabar Tjahaja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia di Surabaya. Pemberitaan mengenai kemerdekaan Indonesia menyebar ke seluruh pelosok Jawa, kemudian menyeberang menuju ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Tidak berhenti pada radio dan surat kaba, pemberitaan Proklamasi Kemerdekaaan Indonesia juga disebarkan melalui selebaran-selebaran. 

Dukungan rakyat juga terbentuk dalam berbagai peristiwa seperti berikut:
a. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada 

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 Agustus 1945 yang dipelopori oleh Komite Aksi Menteng 31 dengan tujuan agar pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara langsung di hadapan rakyat Indonesia. 

b. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Setalah Indonesia merdeka, UUD 1945 disahkan sebagai UUD negara Republik Indonesia Merdeka oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam upaya mewujudkan negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, Sri Sultan Hamengku Buwono XI sebagai Sultan Ngayokyakarto Hadiningrat memberikan dukungan terhadap proklamasi Indonesia. Melalui pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono XI yang menyatakan bahwa negeri Ngayokyakarto Hadiningrat bergabung dengan Negara Republik Indonesia dengan status daerah keistimewaan karena bersifat Kerajaan. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono XI itu mendapat sambutan dari seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan dukungn serta mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia.

Tindakan-tindakan Heroik di Berbagai Kota

Semantara itu di seluruh daerah kekuasaan Republik Indonesia terjadi perebutan kekuasaan, baik secara kekerasan atau dengan cara perundingan. Tindakan-tindakan bangsa Indonesia dalam merebut kekuasan dari tangan Jepang dilakukan dengan merebut tempat-tempat yang dianggap penting dan merebut persenjataan. Daerah-daerah tersebut sebagai berikut:
a. Surabaya 

Selama bulan Septembaer terjadi perebutan senjata di gudang mesiu Don Bosco dan Markas Pertahanan di Jawa Timur, serta pabrik-pabrik besar di kota dan Pangkalan Angkatan Laut Jepang. Pada tanggal 22 September terjadi Insiden bendera di Hotel Yamato, yaitu sebuah insiden ketika orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki hotel itudengan bantuan sekutu. Orang-orang Belanda mengibarkan bendera Belanda di puncak tiang Hotel Yamato. Keadaan itu memancing kemarahan pemuda Indonesia. Beberapa orang pemuda akhirnya memanjat atap hotel dan menurunkan bendera Belanda dengan menyobek warna biru serta menaikkan kembali bendera Merah Putih.

b. Yogyakarta

Perebutan kekuasaan diaderah Yogyakarta dilakukan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10.00 pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan yang dikuasai oleh Jepang menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 September 1945, KNI (Komite Nasional Indonesia) daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan pemerintahan Republik Indonesia.

c. Semarang
 
Pada tanggal 14 Oktober 1945, 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cipiring diangkut oleh pemuda Indonesia ke Semarang dengan rencana untuk menawannya di penjara Bulu. Dalam perjalanan, sebagian tawanan itu berhasil melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Batalion Kido.

Para pemuda menjadi marah dan melakukan perebutan serta pendudukan terhadap kantor pemerinthan Jepang di Indonesia. Pasukan Jepang ditangkap dan ditawan. Namun, pada keesokan harinya pasukan Jepang melakukan penyerbuan ke Semarang. Terjadilah pertempuran lima hari di Semarang. Korban yang jatuh diperkirakan 990 orang dari kedua belah pihak. 

D. Proses Pembentukan Negara Dan Pemerintahan Beserta Kelengkapannya

1. Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan siding untuk pertama kalinya dengan keputusan mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan memilih Presiden dan Wakil Presiden. Siding ini adalah kelanjutan sidang BPUPKI pada tanggal 10-16 Juli 1945 yang membahas masalah Rancangan Undang-undang dasar. Pada waktu sidang PPKI membahas Bab III rancangan UUD 1945, Otto Iskandardinata mengusulkan agar sekaligus memilih presiden dan wakil presiden. Ia mengusulkan Soekarno menjadi presiden, dan Moh Hatta sebagai wakil presiden. Ternyata ususl tersebut diterima secara bulat dan disambut dengan upacara menyanyikan lagu Indonesia Raya sebanyak dua kali.

2. Pembentukan Lembaga-Lembaga Negara

Pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidangnya. Presiden Soekarno menunjuk Mr. Ahmad Subarjo, Sutarjo Kartohadikusumo, dan Mr. Kasman untuk membentuk panitia kecil dan rapat dipimpin oleh Otto Iskandardinata.

Tanggal 19 Agustus 1945 Soekarno, Moh. Hatta, Mr. Sartono, Suwirjo, Otto Iskandardinata, Sukarjo Wirjopranoto, dr. Buntara, Mr.A.G Pringgodigdo, Sutarjo Kartohadikusumo, berkumpul untuk membahas orang-orang yang akan diangkat menjadi anggota KNI (Komite Nasional Indonesia Pusat). Komite ini bertugas untuk membantu MPR dan DPR.

Pada tanggal 22 Agustus 1945 rapat PPKI dilanjutkan. Dan menghasilakan keputusan sebagai berikut:

  1. KNI adalah badan yang akan berfungsi sebagai DPR sebelum pemilihan umum diselenggarakan dan disusun dari tingkat pusat hingga daerah.
  2. PNI dirancang menjadi partai tunggal negara republic Indonesia, namun dibatalkan.
  3. BKR berfungsi sebagai penjaga keamanan akhirnya dibentuk dan diketuai oleh Kasman Singodimedjo dan Suwirjo sebagai sekertaris.

3. Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Berbagai Daerah

Dalam konstitusi disebutkan bahwa bentuk negara Republik Indonesia sesuai dengan yang tercantum di dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945 adalah negara kesatuan. Konsekuensi dari dibentuk negara kesatuan adalah hanya ada satu pemerintahan (pusat) yang memiliki kekuasaan dan wewenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan negara. Oleh karena itu, pada sidang lanjutan PPKI tanggal 19 Agustus 1945 dibahas mengenai pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi 8 provinsi dengan wilayah seluruhnya meliputi wilayah bekas kekuasaan atau daerah jajahan Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke.

Masing-masing provinsi diperintah oleh kepala daerah dengan jabatan Gubernur. Sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 bahwa seorang kepala daerah diberikan wewenang dalam menyelenggarakan pemerintahannya sendiri namun tetap dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam membantu pemerintahannya, Gubernur diberi wewenang membuat perangkat-perangkat pemerintahan dan aturan daerah sebagai pelengkap dalam menjalankan tugas pemerintahan atasa daerah yang dikuasainya. Perangkat-perangkat daerah tersebut mempunyai tugas dan wewenang yang telah diatur berdasarkan perundang-undangan pusat.

Masa Penjajahan Barat di Indonesia, pergerakan nasional, dan sumpah pemuda

Masa Penjajahan Barat di Indonesia, Pergerakan Nasional, dan Sumpah Pemuda



A. Masuk Dan Bekembangnya Penjajahan Bangsa Barat di Indonesia

Bangsa barat datang ke Indonesia pada awalnya bertujuan untuk menguasai Indonesia. Karena Indonesia kaya akan hasil buminya. Termasuk rempah-rempah, bangsa barat datang ke Indonesia. Di samping itu, mereka ke Indonesia membawa misi menyebarkan agama, mereka melakukan penjelajahan samudra, karena memiliki keinginan mencari kekayaan dan kejayaan.

Bangsa Eropa melakukan penjajahan ke Indonesia bukan sekedar berdagang mereka ingin mencari kekayaan dan kejayaan. Hal ini terbukti selama 350 tahun Indonesia di bawah naungan kekuasaan penjajah. Berbagai organisasi rakyat muncul. Tujuannya untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan berbagai cara.

Kekuasaan bangsa portugis ke Indonesia tahun 1511 armada penjajahan portugis dibawah pimpinan Alfonso De Alberqueque tiba di malaka berperang melawan Sultan malaka yaitu Sultan Mahmud Syah ( 1488-1528). Bangsa portugis melanjutkan perjalanan dari pulau Hituoke Ternate maluku, dengan tujuan menguasai daerah penghasil rempah-rempah portugis dapat diusir dari wilayah maluku pada tahun 1575.

B. Pekembangan Kolonialisme dan Imperalisme Barat

Faktor-faktor pndorong bangsa Eropa ke Indonesia. Akibat terjadinya perubahan politik di Eropa yang disebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Perang salib, dan jatuhnya Kekaisaran Byzantium, maka berpengaruh terhadap perubahan ekonomi dan sosial di Eropa. Hal ini mendorong bangsa Eropa menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk ke kepulauan Indonesia.

Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol, Sebelum bansa Eropa datang, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan tersebut menjadi pusat perdagangan kerajaan itu antara lain, Aceh, Banten, Demak, Cirebon, Banjar, Ternate, Makasar, dan Tidore. Bangsa barat yang datang pertama kali di Indonesia yaitu bangsa Portugis. Pada tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Maluku dari Filipina melalui Kalimantan, kemudian menuju Tidore. Wilayah ternate bersekutu dengan Portugis sedangkan wilayah Tidore bersekutu dengan Spanyol. Karena itu terjadi persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan diatasi dengan perjanjian Tordesilas pada tahun 1534. Dalam perjanjian itu disebutkan, bahwa Maluku sebagai daerah jajahan Portugis. Akhirnya Spanyol meninggalkan Maluku dan kembali ke Filipina.

Pengaruh Impetialisme dan Kolonialisme terhadap bangsa Indonesia
  1. Bidang Politik 
  2. Bidang Ekonomi
  3. Bidang Soaial Bidang Budaya

C. Kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)

Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Banten. Kedatangan mereka pada awal memang dicurigai, tetapi setelah menerangkan maksud kedatangannya hanyalah untuk berdagang, maka penguasa dan rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas pertimbangan bahwa dengan kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan kerajaan melalui perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu melawan Portugis, Akan tetapi suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul persaingan diantara pedagang-pedagang Eropa. Orang-orang belanda bersikap kasar sehingga menimbulkan keonaran. Akibatnya, penguasa Banten menangkap orang-orang Belanda termasuk Cornelis de Houtman. Orang-orang Belanda membalas dengan menembaki Banten dari kapal-kapal mereka. Hal ini menimbulkan suasana permusuhan. Untuk mengatasi hal ini kemudian diadakan perjanjian, yang menerangkan bahwa penguasa Banten akan melepas orang-orang Belanda asal mereka mau memberikan tebusan dan setelah itu harus meninggalkan Banten. Akhirnya, dengan tebusan uang mereka dibebaskan. Belanda meneruskan perjalanan ke timur menyusuri Pantai Utara Jawa. Mereka tidak singgah di pelabuhan itu karena pelabuhan itu tidak mau menerima kedatangannya, Mereka segera kembali ke negrinya. Keuntungan yang diperoleh Belanda adalah mengetahui secara langsung jalur pelayaran dan daerah penghasil rempah-rempah.

Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia yang kedua kalinya menuju Banten di dibawah pimpinan Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik. Kedatangan Jacob van Neck segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.

Tujuan VOC ke Indonesia

Belanda membentuk suatu kongsi dagang bersama yang disebut Vereeningde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1602 terbentuknya maskapai Hindia Timur (VOC) yang dimarkaskan di Amsterdam, Pembentukan VOC atas usul Johan van Oldenborneve. Dibentuknya VOC selain untuk menghindari persaingan di antara pedagangan Belanda sendiri, juga bertujuan menyaingi kongsi dagang Inggris yang sudah terlebih dahulu ada di India, yaitu EIC (East India Company). Tujuan VOC di Indonesia, antara lain menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, menguasai kerajaan di Indonesia, dan melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Setelah berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, dengan politik Devide et Impera (Memecah dan Menguasai )

Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi Hak Oktoori, yang isinya :
  1. Hak Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
  2. Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan. 
  3. Hak untuk mengadakan perang dan menjajah.
  4. Hak sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia.
  5. Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia. Hak untuk mengangkat pegawa.
  6. Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
  7. Hak untuk memungut pajak.
Dalam Monopoli Perdagangan rempah-rempah di Indonesia VOC memberlakukan Hal-hal berikut :
  1. Hak Eksteerposi (Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara menebang/memusnahkannya bila perlu
  2. Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan, pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia

Berakhirnya VOC

Setelah berjalan sekitar 200 tahun, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugasnya karena mengalami kebrangkrutan. Pada tanggal 31 Desember 1799 secara resmi VOC dibubarkan.

Pelaksanaan Tanam Paksa

Van Den Bosch, seorang tokoh Belanda yang mengusulkan dilaksanakannya Cultuur Stelsel “Tanam Paksa“. Latar belakang dilaksanakannya tanam paksa yaitu karena terjadi kesulitan keuangan yang dialami pemerintah Belanda pada awal abad 19 kas negeri Belanda kosong. Di samping itu Belanda sedang menghadapi Belgia yang berusaha melepaskan diri. Di Indonesia terjadi perlawanan Diponegoro. Dalam upaya mengatasi keadaan tersebut, Van Den Bosch mengusulkan agar pemerintah belanda meningkatkan produksi tanam perdagangan. Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa. Cultuurprocenten adalah semacam persen atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan hasil persen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan ini digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.

 

Akibat pelaksanaan Tanam Paksa

Hal ini membawa akibat yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat tanah terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian. Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak, Purwodadi, dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang melimpah. Berjuta-juta gulden uang mengalir ke negeri Belanda sehingga dapat digunakan untuk : Mengisi kekosongan kas negara, melunasi hutang, membuat jalan kereta api dan pelabuhan, dan membangun pusat perindustrian.

Reaksi terhadap Tanam Paksa

Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari Douwes Dekker dan Frans van der Putte.
  1. Max Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti “Lelang Kopi”, dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten dan Priangan. Mereka diperas oleh pegawai Belanda dengan cara harus menanam kopi yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan para pegawainya.
  2. Suiker Contracten (Kontrak Gula) Karya Frans van der putte. Pada tahun 1850, timbulah perdebatan mengenai pelaksanaan tanam paksa. Ada yang Pro dan ad yang Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para pegawai pemerintah dan para pengelola NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij), Suatu perusahaan pengangkutan. Golongan yang menentang yaitu golongan liberal dan agama. 

Penghapusan Tanam paksa

Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai berusaha untuk menghapuskan tanam paksa secara bertahap, Misalnya menghapuskan tanam paksa lada pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun 1865. Keseluruhan tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870, tanam paksa dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1830-1870 (40 tahun).

Politik Kolonial Liberal

Di Indonesia tidak terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850, golongan liberal di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah. Kemenangan itu di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat dihapuskan. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal atau sering disebut “Politik pintu terbuka” (Open door policy). Sejak itu pemerintah Hindia Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya, khusus di bidang perkebunan. Pelaksanaan ditandai dengan keluarga Undang-undang De Waal, yaitu Undang-undang Agraria dan Undang-undang Gula. Undang-undang Agraria (Agrarische wet) menjelaskan, Bahwa semua tanah di Indonesia adalah milik pemerintah kerajaan Belanda. Oleh karena itu pihak swasta boleh menyewakan dengan jangka waktu antara 50-75 tahun di luar tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam Undang-undang Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak boleh diangkut ke luar Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.

Munculnya peerkebunan swasta di Indonesia

Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya pekebunan-perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa Barat, perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di Penanaman modal di bidang pertambangan seperti tambang timah di Bangka dan tambang batu bara di Umbilin. Pengaru gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum :
Tanam paksa dihapus.
  1. Modal swasta asing mulai ditanamkan di Indonesia. Usaha kerajinanrakyat terdesak oleh barang impor.
  2. Pemerintah Hindia Belanda membangun prasarana-prasarana.
  3. Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting.
  4. Rakyat perdesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.
Para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, mereka harus mau menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan pihak pengusaha memang mempunyai peraturan yang disebut Poenale Sanctie yaitu peraturan yang menetapkan pemberian sanksi hukuman bagi para buruh yang melarikan diri dan tertangkap kembali. 

Kaum liberal memandang Hindia Belanda sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat menimbulkan akibat-akibat :
  1. Timbulnya Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak mempunyai tanah, pergi ke kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah didirikan oleh swasta maupun pemerintah.
  2. Penduduk kota semakin bertambah pesat.
  3. Timbulnya kaum buruh.
  4. Tanah perkebunan semakin luas.
Baca Selanjutnya " Pergerakan Nasional"

Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia


Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia

Munculnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh persentuhan kebudayaan antara daerah Nusantara dengan India sebagai tempat kelahiran kedua agama tersebut. Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari hubungan yang dilakukan antara orang-orang India dengan orang-orang yang ada di Nusantara, terutama karena daerah Nusantara merupakan jalur perdagangan strategis yang menghubungkan antara India dan Cina. Hubungan perdagangan yang semakin lama semakin intensif menimbulkan pengaruh terhadap masuknya pengaruh-pengaruh kebudayaan India di Nusantara. Dengan kata lain, terjadi proses akulturasi antara kebudayaan India dengan kebudayaan Nusantara. Demikian juga dengan agama Hindu-Buddha menjadi agama yang dianut oleh penduduk di Nusantara dan menjadi pendorong muncul dan berkembangnya negara-negara kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia.


Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia



A. Masuknya Agama Hindu-Budha di Indonesia

Proses dan waktu kapan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia sampai sekarang masih menjadi perdebatan di antara para sejarawan. Setidaknya terdapat empat pendapat, yang masing-masing pendapat sesungguhnya saling menguatkan. Adapun pendapat-pendapat tentang masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia adalah sebagai berikut:


Teori Brahmana
Teori Brahmana, mengatakan bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah orang-orang Hindu berkasta brahmana. Para brahmana yang datang ke Indonesia merupakan tamu undangan dari raja-raja penganut agama tradisonal di Indonesia. Ketika tiba di Indonesia, para brahmana ini akhirnya ikut menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini adalah Van Leur.

Teori Waisya
Teori Waisya, mengatakan bahwa yang telah berhasil mendatangkan Hindu ke Indonesia adalah kasta waisya, terutama para pedagang. Para pedagang banyak memiliki relasi yang kuat dengan para raja yang terdapat di kerajaan Nusantara. Agar bisnis mereka di Indonesia lancar, mereka sebagai pedagang asing tentunya harus membuat para penguasa pribumi senang, dengan cara dihadiahi barang-barang dagangan. Dengan demikian, para pedagang asing ini mendapat perlindungan dari raja setempat. Di tengah-tengah kegiatan perdagangan itulah, para pedagang tersebut menyebarkan budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang mencetuskan teori ini adalah N.J. Krom.

Teori Ksatria
Teori Ksatria, mengatakan bahwa proses kedatangan agama Hindu ke Indonesia dilangsungkan oleh para ksatria, yakni golongan bangsawan dan prajurit perang. Menurut teori ini, kedatangan para ksatria ke Indonesia disebabkan oleh persoalan politik yang terus berlangsung di India sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan tersebut terdesak, dan para ksatria yang kalah akhirnya mencari tempat lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah Indonesia. Ilmuan yang mengusung teori ini adalah C.C. Berg dan Mookerji.

Teori Arus Balik
Teori Arus Balik, mengatakan bahwa yang telah berperan dalam menyebarkan Hindu di Indonesia adalah orang Indonesia sendiri. Mereka adalah orang yang pernah berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu dan Buddha. Di pengembaraan mereka mendirikan sebuah organisasi yang sering disebut sanggha. Setelah kembali di Indonesia, akhirnya mereka menyebarkan kembali ajaran yang telah mereka dapatkan di India. Pendapat ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch.

B. Perkembangan Kebudayaan Hindu–Buddha di Indonesia



Sikap aktif selektif diterapkan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dari luar, artinya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia diseleksi dan disesuikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setelah agama dan kebudayaan Hindu–Buddha masuk ke Indonsia terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu–Buddha dengan kebudayaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Seni Bangunan
Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi, salah satu contohnya adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli Indonesia, yakni punden berundak (budaya Megalithikum).

Seni Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief Sang Buddha Gautama (pengaruh dari Buddha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). Di samping itu, ragam hias pada candicandi Hindu–Buddha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.

Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh budayaHindu–Buddha salah satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kepandaian baca-tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, cerita Mahabarata dan Ramayana berakulturasi menjadi wayang "purwa" karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana. Dalam pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, isi ceritanya dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah penambahan bangsa Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa adalah akulturasi seni India dan Indonesia.

Sistem Pemerintahan
Di bidang pemerintahan dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya(primus interpares). Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek moyang, tetapi sebagai penjilmaan dewa di dunia sehingga muncul kultus "dewa raja".

Sistem Kalender

Masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi sebelum datangnya pengaruh Hindu–Buddha. Pada waktu itu astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis. Misalnya, dengan melihat letak rasi (kelompok) bintang tertentu dapat ditentukan arah mata angin pada waktu berlayar dan tahu kapan mereka harus melakukan aktivitas pertanian. Berdasaran letak bintang dapat diketahui musim-musim yang ada, antara lain musim kemarau, musim labuh, musim hujan, dan musim mareng. Jadi di Indonesia telah mengenal sistem kalender yang berpedoman pada pranatamangsa, misalnya mangsa Kasa (kesatu) dan mangsa Karo (kedua). Kebudayaan Hindu–Buddha yang masuk ke Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang disebut kalender Saka dengan perhitungan 1 tahun Saka terdiri atas 365 hari. Menurut perhitungan tahun Saka, selisih tahun Saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun.

Sistem Kepercayaan
Nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan menyembah roh nenek moyang (animisme) juga dinamisme dan totemisme. Namun, setelah pengaruh Hindu– Buddha masuk terjadilah akulturasi sistem kepercayaan sehingga muncul agama Hindu dan Buddha. Pergeseran fungsi candi. Misalnya fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia candi di samping tempat pemujaan juga ada yang difungsikan sebagai makam (biasanya raja/pembesar kerajaan).

Filsafat
Akulturasi filsafat Hindu Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya, tempat yang makin tinggi makin suci sebab merupakan tempat bersemayam para dewa. Itulah sebabnya raja-raja Jawa (Surakarta dan Yogyakarta) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti Giri Bangun, Giri Layu (Surakarta), dan Imogiri (Yogyakarta).


C. Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia



Setelah kita mempelajari masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu–Buddha di Indonesia, marilah sekarang kita pelajari kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya serta hukum di Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Buddha. Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha merupakan salah satu perubahan yang penting dengan masuknya pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia. Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha yang terdapat di Indonesia antara lain:

  1. Kerajaan Kutai
  2. Kerajaan Tarumanegara
  3. Kerajaan Mataram Kuno
  4. Kerajaan Mataram Kuno Dinasti Isana
  5. Kerajaan Sriwijaya
  6. Kerajaan Singasari
  7. Kerajaan Kediri
  8. Kerajaan Majapahit
  9. Kerajaan Sunda
  10. Kerajaan Bali 
 

Zaman Pra-Aksara

ZAMAN PRAAKSARA


Pengertian Praaksara atau Prasejarah

Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum menganal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu.Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan zaman praaksara 400 M.
 
           Sumber utama zaman pra sejarah adalah benda berupa fosil dan artefak.

*Fosil adalah sisa makhluk hidup baik berupa binatang, tumbuhan maupun manusia yang telah mati ratusan tahun yang lalu
*Artefak adalah alat-alat yang dipergunakan manusia purba.
*Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman pra sejarah.



Pembagian Masa Pra Aksara Berdasarkan Geologi

           Geologi atau ilmu bumi yaitu ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan.


              Berdasarkan hal ini, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman- zaman tersebut sekaligus merupakan pembabakan prasejarah yang terdiri dari:


  • Zaman Arkeozoikum. Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi. 
  • Zaman Paleozoikum Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi. Zaman Mesozoikum Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
  • Zaman Neozoikum Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kahidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam.

Zaman ini di bagi menjadi beberapa:
a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.

b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba.

Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.

2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.


Jenis-Jenis Manusia Purba pada Masa Pra Aksara 

 

Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.

Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampu telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Dia daerah daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba. Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus, Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).

Meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang kekar, diperkirakan sebagai manusia purba yang paling tua diantara manusia purba yang lain. Fosil manusia purba meganthropus paleojavanicus ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941. Pertama kali fosil makhluk ini ditemukan di Sangiran, daerah lembah Bengawan Solo, dekat Surakarta. Dari yang dapat dilihat ukuran fosil itu, meganthropus paleojavanicus berbadan besar dengan rahang besar, kening menonjol, dan tulang tebal. Dari keadaan itu, maka makhluk Sangiran tersebut dinamakan Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar, anthropos = manusia, paleo = purba, javanicus = manusia jawa). Meganthropus hidup sekitar 2 juta tahun sebelum masehi dan hidup dengan makan tumbuh-tumbuhan. Makhluk tersebut termasuk jenis Homo Hobilis.
Pithacanthropus erectus. Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan memiliki tinggi banadan antara 165-180 cm. Pithacanthropus erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta, tahun 1891.
Homo. Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih sempurna di bandingkan dengan Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo yang di temukan di Indonesia antara lain.

Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, olah Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus erectus.
Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke depan, dan telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik yang sudah hampir sama dengan manusia modern saat ini.
Jenis Manusia Purba Yang Ditemukan Di Luar Negeri

Beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di luar negeri antara lain :

1. Australoithecus Africanus
Ditemukan oLeh Raymond Dart di Tauung dekat Afsel.
2. Homo Rodhesiennsis
Ditemukan Raymon dan Robert Broom di Broken Hill Rodhesia.
3. Sinanthropus Pekinnensis
Ditemukan Davidson Black di Gua Chokoutien dekat Beijing. Hampir sama dengan Pithecanthropus Erectus.
4. Homo Netherlanthalensis
Ditemukan Rudolf Virchow di lembah sungai Neander dekat JERMAN 1856.
5. Homo Cro-Magnin
Fosil ditemukan di Gua Cro Magnon barat daya Prancis.


Periode masa Pra Aksara Berdasarkan Hasil Budaya


1. Zaman Batu


a. Zaman Batu Tua (Paleolithicum)

- Peralatannya terbuat dari batu yang masih kasar

- Alat yang digunakan terbuat dari tulang dan alat serpih

- Manusianya Pithecanthropus Erectus masih hidup secara nomaden

- Hidup dengan berburu dan meramu.

- Kebudayaan Pacitan dan Ngandong

Pacitan = menurut Von Koenigswald pada th. 1935 menemukan alat-alat

batu berupa kapak genggam. Alat Pacitan disebut dengan chopper (alat penetak)

Ngandong = alat yang terbuat dari tulang atau tanduk binatang


b. Zaman Batu Madya (Mesolithicum)

- Peralatan dibuat dari batu yang mulai dihaluskan

- Alatnya berupa kapak Sumatera

- Bertempat tinggal di gua semi nomaden

- Sudah mengenal seni = lukisan hewan dan cap tangan berwarna merah)

- Sudah mengenal kepercayaan

- Sudah mengenal bercocok tanam dan berladang

- Hasil budaya berupa Kjokkenmodinger (tumpukan kerang) dan Abrissous roche (cap tangan)


c. Zaman Batu Muda (Neolithicum)

- Peralatan dibuat dari batu yang sudah di haluskan

- Alat yang digunakan kapak lonjong dan persegi

- Manusianya jenis Homo dan hidup sudah menetap dan berkelompok

- Mengenal bercocok tanam, bersawah, dan berladang.

- Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

- Hasil budaya berupa kapak lonjong dan persegi.






d. Zaman Batu Besar (Megalithicum)

- Batu yang digunakan berukuran besar

- Peninggalannya berdasarkan kepercayaan yaitu:

Menhir : kaki meja

Dolmen : meja dari batu

Waruga : peti kubur kubus (bongkar pasang)

Sarkofagus : peti kubur lesung

Punden Berundak : untuk melakukan upacara

Arca


2. Zaman Logam


a. Zaman Perunggu

Teknik pembuatan barang-barang dari perunggu ada 2 yaitu:

Teknik a cire perdue = teknik cetak hilang

Teknik bivalve = teknik cetak ulang

Adapun barang peninggalannya yaitu:

Nekara

Moko

Kapak corong

Arca

b. Zaman Besi

Peninggalannya berupa

Mata panah


Mata tombak



Periodesasi Masa Pra-Aksara Berdasar Corak Kehidupan


1. Mas Berburu Mengumpulkan Makanan tingkat sederhana

a. Kegiatan pokok berburu dan mengumpulkan makanan

b. Alat yang digunakan batu, kayu,dan tulang. Seperti kapak perimbas untuk menguliti kulit binatang

c. Masih terganntung alam sekitar biasanya tinggal di tepi sungai dan masih nomaden

d. Manusianya Pithecanthropus

e. Pada masa Paleolithicum

2. Masa Berburu Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

a. Alat yang digunakan memasuki tradisi serpih biah alat-alatnya yaitu alat dari tulang dan kapak genggam

b. Manusianya Pithecanthropus hidup dengan nomaden secara berkelompok

c. Biasa hidup di gua

d. Termasuk dalam masa Mesolithicum




3. Masa Bercocok Tanam


a. Sudah membentuk perkampungan kecil

b. Manusianya berjenis Homo soloensis dan wajakensis sudah mengenal berladang tetapi tidak menetap

c. Alat-alatnya berasal dari batu yang sudah di haluskan dan sudah mengenal gerabah, seperti kapak lonjong untuk mencangkul dan beliung persegi untuk mencangkul dan menebang kayu

d. Mengenal sistem kepercayaan

e. Termasuk masa Neolithicum

4. Masa Perundagian / Masa Pertukangan

a. Menyempurnakan pertanian dan peternakan dari masa bercocok tanam

b. Membuat perkampungan yang lebih besar dan sudah menetap (sedenter)

c. Manusianya berjenis Homo Sapiensis yang

d. Alat-alatnya dari logam seperti Moko

e. Solidaritasnya tinggi yang merupakan warisan nenek moyang.

Sistem Kepercayaan Manusia Purba
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.

a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.

b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.

c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).


Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia

Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu. Huruf ini disebut hieroglif.


Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa.


Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.



PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA

PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA  A. Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia Kekosongan Kekuasaan...